Kamis, 14 Oktober 2010

Pria Dan Wanita Berkomunikasi Secara Berbeda



Penelitian menguatkan apa yang kita anggap benar sejak beranjak dewasa : pria dan wanita seringkali sulit berkomunikasi satu sama lain. Alasannya ? Mereka menggunakan percakapan untuk tujuan yang berbeda. Pria cenderung menggunakan percakapan untuk menekankan status, sedangkan wanita pada umumnya menggunakan percakapan untuk menciptakan koneksi. Perbedaan ini menciptakan tantangan nyata bagi para manajer.

Komunikasi adalah tindakan penyeimbangan yang berlangsung terus menerus, bermain sulap atas kebutuhan yang bertentangan untuk keakraban dan kemandirian. Keakraban menekankan kedekatan dan kebersamaan. Kemandirian menekankan keterpisahan dan perbedaan. Namun pria dan wanita menangani konflik-konflik ini secara berbeda. Wanita berbicara dan mendengar bahasa koneksi dan intimasi, sedangkan pria berbicara dan mendengar bahasa status, kekuasaan, dan kemandirian. Jadi bagi banyak pria, percakapan terutama sebagai sarana untuk mempertahankan kemandirian dan menjaga status di dalam tatanan sosial yang hirarkis. Bagi banyak wanita percakapan adalah negosiasi kedekatan, yang didalamnya orang berusaha mencari dan memberi konfirmasi dan dukungan. Berikut ini sejumlah contoh.

Pria seringkali mengeluh bahwa wanita melantur terus perihal persoalan mereka. Wanita meng-kritik pria karena tidak mendengarkan. Apa yang terjadi adalah ketiak pria mendengar sesuatu persoalan, mereka seringkali menegaskan hasrat mereka akan kemandirian dan kendali dengan menawarkan solusi. Banyak wanita, di sisi lain, berpandangan bahwa mereka menceritakan persoalan sebagai sarana untuk mempromosikan kedekatan. Wanita mengemukakan persoalan untuk memperoleh dukungan dan koneksi, bukan untuk mendapatkan nasihat pria. Saling pengertian dan timbal balik ini bersifat simetris, tetapi memberi nasihat bersifat asimetris, ini menempatkan pemberi nasihat sebagai pihak yang berpengetahuan lebih banyak dan lebih mengendalikan. ini berkontribusi kepada menjauhkan pra dan wanita dalam upaya mereka untuk berkomunikasi.

Di dalam percakaoan, pria seringkali lebih langsung ke pokok masalah di bandingkan wanita. Seorang pria mungkin mengatakan, " saya pikir anda keliru dalam soal itu." seorang wanita mungkin berkata "Apakah anda membaca laporan penelitian departemen pemasaran mengenai persoalan itu?" (implikasinya adalah bahwa laporan itu akan menunjukan kesalahannya). Pria seringkali melihat ketidaklangsungan wanita sebagai "samar" atau "tak suka berterus terang" tetapi wanita memang tidak memperhatikan status dan kepandaian mengambil keuntungan dari lawan yang seringkali tercipta sebagai akibat sikap serba langsung seperti pria  memperhatikannya.

Wanita lebih cenderung lebih tidak suka membual dibandingkan dengan pria. Mereka kerap mengecilkan otoritas mereka atau pencapaian mereka untuk menghindari penampilan sebagai pembual dan memperhitungkan perasaan orang lain. Akan tetapi pria seringkali mensalahtafsirkan hal ini dan menyimpulkan secara tdk benar bahwa seorang wanita kurang percaya diri dan kurang kompeten dibandingkan yang sebenarnya.

Pria sering meng-kritik wanita lantaran terlihat meminta maaf sepanjang waktu. Sebagai contoh : pria cenderung melihat frasa "MAAF.." sebagai kelemahan, sebab mereka menafsirkan frasa tersebut bermakana si wanita menerima kesalahan, padahal pria mengetahu bahwa wanita itu tidak bersalah.
Si Wanitapun mengetahui bahwa ia tidak bersalah. Persoalannya, wanita seringkali menggunakan kata "maaf" untuk mengukapkan penyesalan dan memulihkan keseimbangan pada percakapan. " Saya tahu anda pasti merasa tidak enak dengan hal ini, saya pun begitu ". Bagi banyak wanita , "Maaf" merupakan ekspresi pengertian dan keperdulian akan perasaan orang lain ketimbang sebuah apologia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar